Memahami Dampak Disleksia pada Literasi Membaca dan Solusinya
Kemampuan dasar membaca menjadi salah satu keterampilan dasar setiap individu. Namun, kita juga harus sadar bahwa setiap individu memiliki kekurangan masing-masing. Misalnya, seorang penderita disleksia akan memiliki pola belajar membaca yang sedikit berbeda.
Memangnya, apa itu disleksia? Yuk, simak artikel ini yang akan membahas pengertian, ciri, pengaruh disleksia pada literasi membaca, serta solusi untuk membantu penderita belajar membaca!
Pengertian Disleksia
Secara harfiah kata disleksia berasal dari Bahasa Yunani yakni “dyslexia” yang berarti kesukaran dalam membaca. Sederhananya, disleksia adalah gangguan kemampuan berbahasa. Biasanya disleksia ini terjadi pada anak sehingga ia cenderung kesulitan dalam membaca kata atau kalimat.
Menurut seorang ahli, Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus”, disleksia merupakan kesulitan membaca, mengeja, menulis, serta kesulitan dalam mengenali struktur kata dan kalimat.
Penyebab disleksia tidak berhubungan dengan IQ seorang anak sebab IQ anak disleksia pun normal, hanya saja terdapat gangguan asosiasi daya ingat sehingga mempengaruhi keterampilan dasar kemampuan berbahasa salah satunya membaca.
Ciri Disleksia
Tidak mudah mengetahui ciri anak disleksia, namun berdasarkan hasil penelitian dalam DYAWIWIDYA Jurnal Pendidikan FKIP UNIPAS yang berjudul “Gejala Dan Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar (Disleksia)” berikut karakteristik anak Disleksia:
- Sulit mengingat sebuah urutan tertentu.
- Sulit menemukan perbedaan atau persamaan abjad.
- Sulit mengucapkan kata yang baru.
- Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
- Sulit membedakan abjad yang bentuknya hampir mirip, misalnya huruf “b” dan “d”, anak Disleksia biasanya sering terbolak-balik dalam menuliskan abjad tersebut.
- Lamban membaca dan menulis.
- Mengalami kesulitan dalam memproses dan memahami apa yang didengar.
Pengaruh Disleksia pada Literasi Membaca
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa disleksia merupakan gangguan dalam berbahasa maka pasti akan berdampak pada literasi membaca seorang anak. Berikut beberapa dampak disleksia yang diambil dari beberapa jurnal penelitian pendidikan, yaitu:
1. Sering Terjadi Kesalahan Dalam Membaca
Anak disleksia seringkali mengalami kesalahan dalam membaca, bahkan untuk mengeja pun mereka juga masih tidak konsisten. Beberapa bentuk kesalahan membaca dalam disleksia sebagai berikut:
- Penambahan. Menambahkan huruf pada suku kata, seperti kata suruh – disuruh, gula – gulka, ibu – ibuk, buku – bukuku.
- Penghilangan. Menghilangkan huruf pada suku kata, seperti kata masak – masa, kompor – kopor, kelapa – lapa.
- Pembalikan kiri kanan. Membalikkan bentuk huruf, kata dengan arah terbalik. Seperti buku – duku, palu – lupa.
- Penambahan atas bawah. Membalikkan bentuk huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik atas bawah. Seperti nana – uaua, mama – wawa, 2 – 5, 6 – 9.
2. Sulit Mengenal Bunyi
Tiga bentuk kesulitan dalam mengenal bunyi: kesalahan dalam pengenalan lambang bunyi, kesulitan memahami hubungan sistematik huruf-bunyi, dan ketidakmampuan membedakan huruf serupa secara visual.
- Kesulitan membaca huruf “n” menjadi “g”, “q” menjadi “x”, “p” menjadi “f”, “t” menjadi “ta”, “t” menjadi “h”, “g” menjadi “t”, “g” menjadi “j”, “x” menjadi “z”, “h” menjadi “g”.
- Kesulitan memahami hubungan sistematik huruf-bunyi huruf “v” menjadi “f”, “n” menjadi “na”, “g” menjadi “ng”, “q” menjadi “k”, “k” menjadi “a”, “a” menjadi “h”, “b” menjadi “bi”, “s” menjadi “sa”, “l” menjadi “la”.
- Kesulitan membedakan huruf “p” menjadi “b”, “q” menjadi “o”, “b” menjadi “d” atau sebaliknya.
3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Rendah
Kesalahan penyebutan huruf, penghilangan atau penukaran huruf dan kata akan mempengaruhi pemahaman dalam sebuah teks sebab kesalahan tersebut dapat merubah makna kata atau kalimat.
Kesulitan konsentrasi dan daya ingat yang cenderung lemah menjadikan anak disleksia akan sulit memahami teks bacaan.
Proses membacanya pun tidak sama dengan anak yang lain, penderita disleksia lebih sering membaca berulang-ulang, tetapi hanya berhasil mendapatkan sedikit pemahaman.
Begitu juga saat menulis, mereka cenderung memiliki tulisan tangan yang buruk sebab kesulitan menyalin informasi yang mereka dengar atau pelajari.
4. Sulit Konsentrasi
Penderita disleksia memiliki daya konsentrasi dan daya ingat yang cukup lemah akibatnya terjadi kesulitan memahami bacaan serta sering gagal memahami pernyataan. Misalnya, saat dalam kelas guru memerintahkan murid untuk menulis kembali apa yang diucapkan, mereka akan mengalami kesulitan untuk menulis informasi yang telah didengar.
Kesalahan yang sering terjadi antara lain menulis huruf terbalik, sering menghapus tulisan, sulit membedakan huruf kapital dan huruf kecil.
Selain itu, penderita disleksia juga mengalami kesulitan dalam menyimak. Rata-rata tidak mampu menjawab pertanyaan setelah mendengarkan teks. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan memori kerja pendengaran maupun daya ingat.
Tidak jarang anak disleksia terlihat seperti sedang sibuk dengan dunianya sendiri di tengah-tengah pelajaran.
Terapi Anak Disleksia
Terdapat empat terapi membaca untuk anak Disleksia agar tidak tertinggal dengan materi di sekolah sebagai berikut.
1. Orton – Gillingham
Metode ini mengajarkan membaca dengan cara mencocokkan huruf dengan suara dan mengenali cara pengucapan huruf secara bertahap. Fokusnya untuk mengajarkan membaca pada tingkatan kata serta melakukan cara-cara lain seperti dengan sentuhan.
2. Instruksi Multisensori
Anak disleksia cenderung senang belajar dengan metode yang melibatkan sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan gerakan sehingga anak akan belajar menggunakan caranya sendiri. Memungkinkan anak belajar menggunakan indra terkuatnya dan meningkatkan kemampuan indra terlemahnya.
3. Metode Fonik
Metode ini dilakukan dengan cara menamakan huruf sesuai dengan bunyi bacaannya, misal huruf B dibunyikan “be”, huruf C dibunyikan “ce’, dan sebagainya. Selain melatih kemampuan bunyi pada anak, ada 2 kemampuan lain yang dilatih yakni visual dan auditori.
Penderita disleksia harus tetap mengenyam pendidikan yang sama dengan anak lain sebab mereka pun memiliki hak utuh untuk belajar dan menerima pelajaran.
Terapi yang konsisten serta penanganan yang tepat akan membantunya tidak tertinggal materi sekolah, selain itu dukungan orang tua dan orang-orang terdekat dapat menumbuhkan semangat baru dalam meraih cita-cita dengan keterbatasan yang dimiliki.
Referensi:
Dewi, K. Y. F., & Uliani, N. P. (2024). Gejala Dan Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar (Disleksia). Daiwi Widya, 10(3), 124-132.
Komala, C., Sugiarto, S., & Juanda, J. EKSPLORASI KESULITAN LITERASI DASAR PADA SISWA DISLEKSIA DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SUMBAWA. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 13(1), 9-18.
Haifa, N., Mulyadiprana, A., & Respati, R. (2020). Pengenalan ciri anak pengidap disleksia. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(2), 21-32.
Penulis
Hildan Nurul Hidayah penulis yang ingin berbagi ekspresi hingga keluh kesah diri. Bagiku menulis adalah treatment terbaik di setiap keadaan, menjadi teman yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Instagram @hildanurul__