7 Kebiasaan Kecil yang Diam-Diam Meningkatkan Kualitas Tulisan
Dulu kalau nulis selalu asal-asal an. Apa yang keluar di pikiran, langsung diketik di selembar kertas atau layar laptop. Setelah dibaca-baca ulang ternyata hasil tulisannya datar. Gak mengalir dan bikin orang betah baca.
Tulisan juga tidak berkembang, diksi sampai gaya menulis malah monoton. Dari situ aku mulai mikir, “Apa ya yang salah? Aku harus ngapain biar tulisan gak gini-gini aja? Gimana biar tulisan berkembang tapi gak bikin beban jadi berat?
Untungnya, aku mulai sadar. Ternyata, cuma dari kebiasaan-kebiasaan kecil aja bisa membantu. Padahal, kebiasaan ini terlihat sangat sepele,. Tapi, inilah yang diam-diam bisa bikin tulisan jadi lebih hidup dan rapi.
Lakukan 7 Kebiasaan Ini untuk Meningkatkan Kualitas Tulisan
Meskipun terlihat kecil, tapi kalau konsisten kamu jalani dampaknya akan terasa. Tulisan yang sebelumnya gak berkembang bisa lebih hidup, mengalir dan bikin nyaman pembaca. Yuk, simak !
1. Menulis di Aplikasi Catatan Kecil, Bukan Langsung di Laptop
Waktu itu lagi ngantri bayar belanjaan di Minimarket, di depan kasir ada seorang anak dan ibunya yang siap buka dompet untuk bayar belanjaan. Anak itu merengek tiada henti, ibunya berusaha nenangin tapi gak berhasil.
Ternyata anak itu minta dibelikan jajanan depan rak kasir yang harganya cukup untuk makan 3 kali sehari. Sementara antrian udah mulai panjang, si ibu itu panik dan mau gak mau nurutin permintaan anak. Si anak bahagia tapi si Ibu cemberut karena belanjaannya jadi nambah.
Dari kejadian itu aku mikir, wah ternyata rak kasir ini tetap ada gunanya. Disaat orang sudah final tentang apa yang sudah dibeli dan mau bayar ke kasir, ada aja barang yang gak masuk target belanja tapi tiba-tiba muncul rasa ingin beli. Dari Situ aku langsung ambil ponsel dan catat di notes “Strategi Bahaya Marketing Rak Kasir: Si Anak Bahagia, Si Ibu Cemberut” hahah
Ide memang terkadang muncul di waktu yang tidak disangka-sangka. Saat lagi ngobrol bareng teman, nunggu antrian di minimarket, sampai saat naik transportasi umum.
Beda saat lagi serius mikirin hari ini mau nulis apa, ide malah gak muncul. Akhirnya mengalami Writer’s Block, Burnout sampai malas-malasan sepanjang hari.
Sampai suatu waktu aku sadar, waktu sekecil apapun kita harus fokus dan gak boleh lewatin kejadian yang ada di depan mata.
Hasilnya? Ide tercatat sebelum hilang, saat stuck mikirin konten kedepan gak sampai ngalamin Writer’s Block sampai burnout.
Nulis jadi lebih bahagia dan gak semata-mata untuk ngejar deadline, tapi ada pesan yang relate karena ide diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Tulisan juga lebih kena ke emosi pembaca dan ide jadi lebih bermakna.
2. Menulis Bebas Setiap Pagi (Walau Cuma 5 Menit)
Waktu pagi = waktu terbaik memulai hari?
Meskipun jam produktif orang berbeda-beda. Tapi, kebiasaanmu saat pagi bisa nentuin semangat kamu sepanjang hari. Gak usah yang berat-berat, mulai dari menulis yang ringan, bebas dan sesuai curahan pikiran saat baru bangun tidur.
Tulis sebebas mungkin apa yang terlintas di benak pikiran. Bisa mulai dari afirmasi positif, curhatan, kritikan atau apapun. Sebebas-bebasnya, ini akan bantu otak untuk melatih daya kreatifitas tanpa adanya batasan yang menghalangi.
Jangan terlalu serius membebani tulisan di pagi hari. Ibaratnya sebelum masuk ke gerbang menulis yang lebih intens, otak dan pikiran perlu rileks terlebih dahulu. Biarkan pikiran bebas berimajinasi tanpa adanya tekanan berarti.
3. Mencatat Kalimat Menarik dari Buku atau Film
Suka nonton film? baca buku? nah kegiatan ini pas banget untuk ngembangin tulisan kamu!
Terkadang, saat nonton film ada aja dialog dari para aktor ataupun aktris yang menyentuh hati. Entah dialognya yang relate sama kehidupan kita, kutipan singkat tokoh yang ngena di hati, sampai diksi unik yang muncul di akhir film.
Malah karena kutipan, dialog, quotes yang indah itu sampai-sampai bikin kamu screenshot layar film itu.
Coba deh sekarang ubah cara nya, tulis sepatah kata-kata itu ke buku kecil atau aplikasi notes di ponsel. Tulis perlahan, renungi, resapi makna dari setiap huruf sampai kalimat.
Dampaknya ternyata cukup terasa, selain memperkaya diksi, gaya bahasa, kreativitas hingga sudut pandang unik datang yang tak disangka-sangka dengan sendirinya.
4. Memberi Judul Sementara di Setiap Paragraf
Dulu saat buat naskah artikel sering lupa struktur tulisan. Saat buat bagian isi yang dirasa sudah bagus tapi saat dibaca ulang malah muter-muter lagi bahas bagian pembuka.
Isi tulisan jadi bertele-tele, pembaca nggak dapat apa yang dicari dan ada hal yang penting tapi ketinggalan yaitu tulisan tidak mengalir.
Waktu itu lagi dikejar-kejar revisi deadline yang mepet, jam menunjukan pukul 12.00 tapi jam 11.30 revisi belum selesai. Pikiran udah stress, ingin cepat-cepat selesai.
Untung keajaiban datang, sampai suatu waktu jari tangan gak sengaja mengetik dari keyboard judul bahasan tiap paragraf dengan tulisan tebal.
Terlihat kecil rasanya, tapi bantu aku mengingat tiap paragraf yang ditulis. Struktur jadi lebih tertata rapi, ide pokok gak menyebar kemana-mana, saat dibaca ulang intisari tiap paragraf tetap dapat terekam di otak.
Meskipun tulisan gak ada yang sempurna, setidaknya alur konten nggak menyebar kemana-mana. Fokus juga nggak terbagi dari satu topik ke topik lain.
Saat ada revisi pun, kita sudah tau bagian per bagian, ide pokok per paragraf apa yang kurang dan bagian mana yang harus diperbaiki.
5. Membaca Ulang Tulisan Sendiri Keras-Keras
Biasanya kalau baca tulisan pasti kamu bacanta di dalam hati, ya kan?
Coba deh sekali-kali baca secara langsung dan dengan keras. Waktu itu secara tidak sengaja, aku coba baca tulisan secara keras-keras, ternyata kalimatnya berantakan!
Untungnya, dari kejadian yang tidak disengaja itu bikin aku sadar kalau menulis itu bukan sekedar nulis kata per kata sampai paragraf per paragraf hingga jadi teks utuh!
Lebih daripada itu, tulisan berkualitas bikin pembacanya merasa nyaman dengan gaya tulisan yang diangkat. Meskipun terlihat sepele, tapi dampaknya gak main-main. Seperti ritme kalimat lebih terarah dan logika paragraf yang jadi lebih terstruktur.
6. Mengubah Tulisan Lama Jadi Bentuk Baru
Aku dulu sering kesal, kecewa sampai nyalahin diri sendiri dengan tulisan lamaku yang gagal. Mulai dari artikel yang gagal terbit, bahkan gak dilirik sekalipun sama media.
Hasil tulisan itu, masuk di file “arsip” dan gak pernah kulihat lagi.
Sampai suatu hari, aku iseng buka arsip lama. Artikel yang aku tulis tentang “Kehidupan Slow Living”. Idenya masih relevan sampai saat ini, tapi eksekusinya lemah dan topik kurang spesifik. Lalu muncul ide: gimana kalau aku breakdown ulang dan bahas dalam perspektif yang jarang dibahas.
Mulailah aku tulis ulang, idenya tetap sama hanya isi yang lebih mendalam. Dari awalnya bahas slow living secara umum, aku ubah jadi “7 sikap yang yang harus dimiliki sebelum memulai slow living”.
Ternyata, hasilnya lebih kuat, tulisan berhasil dilirik dan berhasil dimuat pada halaman media nasional.
Dari situ kesadaranku muncul, kalau tulisan gagal tidaklah sepenuhnya gagal. Hanya saja perlu ada sentuhan sedikit yang membuatnya berbeda untuk bersinar.
Ada satu hal penting yang dapat menjadi pelajaran: Jangan biarkan sebuah ide terbunuh, tapi berikan dia kesempatan hidup dengan wujud lain!
7. Mengedit Tulisan Orang Lain untuk Latihan
Waktu itu saat SMA pernah dapat tugas dari guru bahasa Indonesia. Materi pembelajaran hari itu tentang menulis bebas. Sang guru bicara: “Buatlah cerita pengalaman unik selama satu minggu ke belakang dalam 1-2 paragraf”.
Tugas ceritaku sudah selesai, sementara temanku terlihat kebingungan. Padahal tugasnya sudah selesai, ia masih ragu akan tulisannya. Akhirnya, aku baca cerita yang ia buat. Sampai akhirnya aku sadar, justru ini membantuku lebih jeli pada tulisan sendiri.
Saat membaca naskah orang lain, kita dapat lebih objektif. Otak secara tidak langsung memposisikan diri sebagai seorang penilai. Dampaknya? aku melihat tulisan sendiri yang punya kekurangan serupa. Ini tidak akan ditemui saat menulis cerita sendiri karena kita terlalu dekat dengan tulisan dan akibatnya kurang objektif menilai.
Sejak saat itu perlahan aku mulai membaca dan mengedit tulisan orang lain. Apa bagian yang perlu diperbaiki, alternatif kalimat dan pilihan diksi yang lebih mengena pembaca. Bukan ingin terlihat sudah jago menulis, tapi hanya ingin belajar dari orang lain dan mengevaluasi tulisan agar lebih rapi juga terstruktur.
Penutup: Dari Kebiasaan Kecil, Lahir Tulisan yang Besar
Terkadang, perubahan besar sering dimulai dari kebiasaan kecil. Pelan-pelan tapi konsisten akan lebih baik daripada bekerja ekstra tapi hanya sekejap mata.
Begitu juga dengan menulis, kualitas akan datang sendirinya saat diiringi proses kecil yang dilakukan tanpa beban tapi dampaknya dapat terasa.
Kalau kamu merasa tulisan tidak berkembang, stuck mencari ide, janganlah buru-buru menyalahkan diri sendiri. Mungkin, hanyalah soal waktu yang membantumu menemukan ritme terbaik.
Cobalah satu atau dua kebiasaan ini, jangan langsung sekaligus. Rasakan dulu, pelan-pelan dan jalani tanpa beban. Menulis bukan soal cepat dan hebat, tapi bagaimana kita dapat konsisten dan terus bertumbuh!
Ditulis Oleh:
Mustain, Punya mimpi jadi seorang content writer untuk berbagi kisah dan pengetahuan dan ingin terus berkarya. Ia percaya bahwa menulis bukan cuma tujuan tapi perjalanan dan setiap tulisan punya cerita yang layak didengar.
let’s connect : @its.tainn