Benarkah Menulis dengan Outline Itu Membunuh Kreativitas?
Outline menjadi salah satu trik andalan bagi penulis. Namun, apa benar ini justru membunuh kreativitas?
Aku yakin, kamu pasti udah familiar banget dengan yang namanya outline. Apalagi, bagi kawan-kawan penulis.
Namun, pernah gak sih terpintas di pikiran kamu, menulis dengan outline justru bisa bunuh kreativitas? Daripada penasaran, yuk langsung kita bahas!
Freewriting Vs Outline
Sama halnya dengan outline, aku yakin kamu juga pasti udah sering banget dengar konsep freewriting. Konsep menulis seperti ini memberikan kebebasan buat kita nulis apa saja yang terlintas dalam pikiran, tanpa peduli aturan dan sebagainya. Kita hanya fokus menumpahkan ide.
Freewriting tidak menuntut struktur yang baku. Ide dibiarkan mengalir, tanpa harus direncanakan seperti apa endingnya nanti. Kedengaran mudah bukan? Aku juga pakai konsep ini dalam menulis hampir semua karyaku; baik cerpen, puisi, bahkan artikel.
Namun, aku menyadari bahwa konsep ini terkadang justru jadi penghalang utama untuk seorang penulis dalam melanjutkan tulisannya, terutama buat naskah yang tergolong panjang.
Bulan ini, aku baru saja mendapat tawaran menulis novel. Sebenarnya ini bukan kali pertama bagiku untuk membuat karya yang cukup panjang. Sebelumnya, sudah beberapa kali aku menulis cerita fiksi remaja yang diupload pada sosial media. Namun, selalu saja tak sampai tuntas.
Alasan utama naskahku itu tidak tuntas ditulis adalah aku terlalu terpaku pada konsep freewriting tadi. Padahal, ada cara lain yang bisa membantu kita dalam mengembangkan tulisan, yaitu outline.
Sudah jadi rahasia umum, para penulis besar dunia; seperti JK Rowling, mereka menggunakan outline saat menulis. Tujuan naskah dibuat jelas dari awal. Konflik ditentukan, lalu dibagi sesuai jumlah bab yang diinginkan.
Selama penulisan novelku ini, tentu aku menerapkan outline. Dengan perjanjian bersama penerbit bahwa karyaku harus bertambah satu bab per hari, outline bantu banget buat aku tetap konsisten. Outline juga justru menghancurkan aku dari writer’s block.
Outline Membunuh Kreativitas
Meski membantu, tidak jarang penulis justru merasa kehadiran outline malah membuat tulisan mereka terkesan kaku. Apa jangan-jangan kamu juga rasain hal yang sama?
Sebenarnya, ada satu langkah penting sebelum membuat outline, yang sering luput bagi penulis pemula. Yaitu, menentukan premis yang jelas. Premis adalah intisari dari keseluruhan cerita yang kita buat. Premis tak perlu detail, cukup tahu apa konflik utama, pemicunya, dan penyelesaian.
Dari premis, baru deh kita bisa buat kerangka cerita. Ingat yah! Ini masih kerangka. Tidak perlu sedetail mungkin, yang penting tahu di bagian itu apa yang akan terjadi.
Kesalahan menulis detail tadi, justru yang bisa membunuh kreativitas. Kalau terlalu detail di outline, kita jadi takut untuk mengembangkan dan improvisasi. Akibatnya, tulisan kita flat.
Outline Boleh Berubah?
Jika di pertengahan menulis, dan merasa outline awal perlu diubah, gak masalah kok! Justru, perubahan-perubahan seperti ini bisa membuat ceritanya makin menarik. Outline juga boleh banget kamu ubah jika sewaktu-waktu gak sesuai premis.
Nah, jadi gimana nih, masih mau nulis pakai outline? Semangat terus nulisnya, jangan sampai outline kamu membunuh kreativitas yah!
Salam hangat dari aku, Zaski—seorang penulis sekaligus penggiat literasi!
Nama Penulis
Zaskia Tsamara atau kerap kenal dengan nama pena Zaski Zeet, merupakan remaja 18 tahun yang juga aktif sebagai penulis dan penggiat literasi. Sudah menerbitkan 6 buku dan 2 kali menjadi pemateri webinar kepenulisan. Yuk kepoin di Instagram @zaskiatsamara_!
saya suka artikel yang dibuat oleh Zaski, terasa lebih personal. Pembaca seperti diajak bicara langsung sama penulisnya