Ruang Literasi

Menulis sebagai Terapi: Curhat Lewat Cerita Fiksi

Pernahkah kamu merasa lelah, bingung, atau sedih tanpa tahu harus mulai dari mana, tapi sulit bercerita pada siapa pun? Mungkin kamu juga pernah mencoba untuk menulis fiksi, lalu diam-diam merasa lega seolah beban di dada ikut menguap bersama alur cerita?

Banyak orang mengira menulis fiksi hanya soal imajinasi dan kreativitas. Padahal, bagi sebagian lainnya, menulis bisa menjadi pelarian, pelukan hangat yang tak terlihat, bahkan bentuk terapi paling jujur tempat curhat tanpa takut dihakimi.

Di dalam tiap karakter, konflik, dan dialog, tersembunyi potongan hati penulis yang sedang mencari kedamaian.

Lantas, bagaimana bisa menulis fiksi menjadi jalan untuk menyembuhkan diri? Mari kita simak pada artikel ini!

Menulis sebagai Terapi

Menulis dapat menjadi salah satu bentuk terapi jiwa yang efektif untuk mengurangi emosi negatif. Karena kamu dapat meluapkan semua perasaan, kegelisahan, dan emosi dalam bentuk tulisan untuk membantu mengurangi tingkat stres yang kamu alami.

Apakah kamu termasuk orang yang sulit percaya untuk bercerita tentang masalahmu pada orang lain? Tentunya, menulis dapat dijadikan suatu alternatif terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan seseorang dan efek lainnya adalah dapat menurunkan gejala depresi.

Menulis Fiksi sebagai Sarana Curhat

Ternyata, menulis dapat menjadi sarana curhat, dengan hal ini kamu bisa mengekspresikan apa yang kamu rasakan ke dalam tulisan.

Emosi, keluh kesah atau mungkin perasaan senang yang bisa kamu tuangkan dengan menulis fiksi. Kamu bahkan bisa membuat sebuah cerita yang mirip dengan kisahmu agar orang lain dapat membacanya.

Tidak hanya itu, kamu bisa menuangkannya melalui konflik, karakter dan emosi dalam ceritamu.

Selain menjadi sebuah terapi untuk dirimu sendiri, mengurangi tingkat stres dan emosi, tentunya hal ini dapat menjadi sebuah ajang untuk sharing dengan orang lain walaupun tidak berbicara secara langsung. Paling tidak perasaanmu cukup terwakilkan dalam tulisanmu.

Manfaat Menulis Fiksi bagi Kesehatan Mental

Dikutip dari Dictio, terapi menulis pertama kali dicetuskan oleh Pennebaker pada tahun 1989. Pennebaker adalah seorang profesor di bidang  Psikologi Sosial yang banyak meneliti tentang manfaat dari kegiatan menulis.

Pada awal penelitiannya, Penebeker meneliti tentang manfaat menulis pada klien yang menderita gangguan Post Traumatic Disorder.

Terapi menulis lebih dikenal sebagai Expressive Writing yang lebih menekankan kepada menulis suatu hal yang sangat emosional dengan menulis secara gaya bebas tanpa memperhatikan jenis tulisan maupun tata bahasa.

Menulis bisa menjadi salah satu bentuk terapi kejiwaan yang mudah dan efektif untuk mengurangi emosi negatif. Menuangkan perasaan, kegelisahan, dan emosi dalam bentuk tulisan dapat membantu menurunkan tingkat stres yang sedang dialami seseorang.

Tips Memulai Menulis Fiksi untuk Terapi

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan agar kamu bisa memulai menulis untuk menjadi terapi, contohnya:

  • Tulis tanpa memikirkan hasil akhir
  • Gunakan pengalaman pribadi sebagai inspirasi karakter atau konflik
  • Jangan takut menuangkan emosi yang kuat
  • Biarkan alur berkembang secara alami

Semua Orang bisa Menjadikan Menulis sebagai Terapi

Tanpa perlu menjadi “Penulis Profesional” kamu bisa mencoba untuk menjadikan menulis sebagai terapi ekspresif untuk dirimu agar merasa lebih baik.

Menulis bukan cuma soal merangkai kata, tapi juga tentang mendengarkan isi hati sendiri. Saat kita menulis, kita memberi ruang pada pikiran dan perasaan untuk keluar tanpa dihakimi, tanpa dituntut untuk sempurna.

  • Menulis bisa menjadi cara sederhana untuk:
  • Mengenali emosi yang kita rasakan
  • Melepaskan beban yang sulit diungkapkan lewat lisan
  • Menemukan makna di balik pengalaman yang kita alami
  • Dan yang paling penting: menerima diri sendiri, seutuhnya.

Kamu hanya membutuhkan kertas (atau notes di ponsel), kejujuran, dan keberanian untuk menulis apa adanya. Kamu gak harus jadi penulis hebat cukup jadi seseorang yang berani menyembuhkan diri lewat cerita. Karena terkadang, kalimat-kalimat yang kita tulis diam-diam sedang menyelamatkan kita.

Menulis Fiksi, Merawat Luka dengan Aksara

Menulis fiksi bisa menjadi cara yang unik dan menyembuhkan untuk menyuarakan isi hati tanpa harus berbicara secara langsung. Di dalam setiap karakter, alur, dan konflik yang kita ciptakan, terselip emosi, pengalaman, dan potongan hidup yang mungkin sulit diungkap secara nyata. 

Itulah mengapa menulis bisa menjadi terapi untuk memberi ruang yang aman untuk mencurahkan rasa, merefleksikan diri, dan melepaskan beban.

Tak perlu menjadi penulis hebat untuk memulai. Cukup jujur pada diri sendiri, dan biarkan kata-kata mengalir. Karena terkadang, melalui cerita orang lain yang kita tulis, kita justru menemukan bagian terdalam dari diri kita sendiri.

Sumber:

Penulis: NOVIA NURHAYATI

Saya seorang Copywriter Creative yang sudah menerbitkan 5 buku cetak dan menjadi penulis di beberapa platform kepenulisan seperti intipkuliah, fizzo, novelMe dan Klakklik. Pernah menjadi Copywriter untuk project website Sekolah Islam Plus Daarul Jannah. 

Jika ingin berkenalan lebih lanjut bisa follow Ig saya @novianur19.

Kawan Pena Penulis

Tempat bagi para penulis pemula maupun berpengalaman belajar bersama dan meningkatkan kemampuan menulis. Yuk, kita belajar menulis bersama dan berbagi inspirasi melalui kata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *