Ruang Literasi

Penulis Pemula Wajib Tahu! Mindset yang Buat Konsisten Nulis Tanpa Drama

Mindset kita seringkali memainkan peran penting dalam hidup. Itulah mengapa, tantangan terbesar seseorang adalah dirinya sendiri.

Pada awal mula menulis, kita menggunakan waktu yang banyak untuk membuat satu buah artikel. Bahkan, beberapa orang membutuhkan waktu berhari-hari. 

Uniknya, semua orang yang berhasil dan sukses bahkan pemula sekalipun, memulai dengan proses yang sama, yaitu proses yang tidak mudah. 

Namun, apa yang membedakan orang yang berhasil dan tidak? Pola pikirnya. Pembahasan selanjutnya akan memahamkan kita tentang pola pikir yang harus kita miliki sebagai penulis.

Pengertian Mindset dan Pembagiannya

Mindset adalah pola pikir, pemikiran, atau cara berpikir. Cara manusia berpikir disebabkan oleh banyak faktor. 

Apa yang kita baca, apa yang kita dengar, apa yang kita tonton, semua mempengaruhi pola pikir. Semua itu menjadi dasar kepercayaan dan keyakinan kita memandang hidup. 

Carol S. Dweck dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, membagi pola berpikir manusia menjadi dua, yaitu pola pikir tetap dan pola pikir berkembang. 

Pola pikir tetap memandang kemampuan manusia itu terbatas dan tidak akan berubah. Sementara itu, pola pikir berkembang melihat sebaliknya, manusia selalu berkesempatan untuk berubah dan berkembang.

Mindset Seperti Apa yang Harus Penulis Miliki?

Kamu mungkin pernah merasa tertinggal, merasa tulisan tidak sebagus karya orang lain, atau menyia-nyiakan kesempatan karena kesulitan. 

Apa semua itu dikatakan gagal? Tidak. Semua hanyalah proses dan kita semua masih bisa memperbaiki itu. 

Pertanyaannya, dari mana  harus memulainya? Jawabannya sederhana, rubah cara kita berpikir ke arah berkembang dan bertumbuh. 

Pola Pikir Berkembang yang Perlu Kamu Terapkan sebagai Penulis

Cara berpikir berikut membantumu berkembang dan memandang proses dengan kaca mata berbeda. Apa saja itu? Yuk lanjutkan bacanya. 

1. Menunda Hanya Akan Memperlambat Proses

Apakah kamu termasuk orang yang suka menunda? Jika iya, mungkin bagian ini akan terasa sedikit menampar. 

Menunda memang terlihat menyenangkan, tetapi sesungguhnya ia seperti racun yang membunuh pelan-pelan.

Aku pribadi sering mengalaminya. Berkali-kali menunda menulis karena merasa sulit, dan menyerah sebelum mencoba. Apa yang terjadi? Penyesalan bercampur overthinking.

Sampai akhirnya aku menonton Pak Henry Manampiring di channel Our Twenties. Ia mengatakan, overthinking sering terjadi karena kita tidak melakukan apa-apa. 

Dari situlah aku belajar cara keluar dari overthinking hanyalah dengan bergerak sekarang juga.  

2. Bukan Karena Pintar, Melainkan Rajin

Banyak orang mengira kesuksesan hanya milik mereka yang cerdas sejak lahir. Pola pikir seperti ini bahaya bagi seorang penulis. 

Padahal, kecerdasan tanpa kerja keras ibarat pisau tajam yang dibiarkan berkarat. Orang rajin selalu punya peluang melampaui orang pintar yang malas. 

Jerome Polin pernah berkata dalam podcast Suara Berkelas, dirinya bukan jenius sejak lahir, tapi rajin berproses.

Sebagai penulis, bukan seberapa cemerlang ide yang kita punya, tetapi seberapa sering kita melatih tangan dan pikiran untuk menulis. Tulisan yang bagus lahir dari kebiasaan, bukan sekadar bakat.

3. Usaha Saja Tidak Cukup

Hidup ini tidak hanya soal kerja keras, tetapi juga bagaimana kita menautkan hati pada Tuhan. Usaha tanpa doa akan meninggalkan ruang kosong dalam hati.

Pernahkah kamu merasa sudah berusaha keras, tapi hati tetap gelisah? Masalah kecil terasa berat, hambatan kecil terasa besar. Itu mungkin bukan soal kurang usaha, melainkan kurang doa.

Sebagai penulis, kegagalan adalah teman setia. Tulisan ditolak, ide dianggap tidak layak, atau pembaca sepi. 

Tapi, proses jatuh bangun itulah yang mendewasakan kita dan menuntun pada ketenangan.

4. Kegagalan Bukan Akhir, Tapi Guru Terbaik

Pola pikir yang terakhir ini sangat penting untuk dimiliki penulis. Bagaimana tidak, menjadi penulis membutuhkan skill yang tidak mudah menyerah. 

Setiap penulis pemula pasti pernah gagal. Tulisan terasa kaku, ide mentok, bahkan semangat menulis hilang begitu saja. 

Namun, kegagalan bukan tanda kita tidak layak. Ia hanyalah guru yang menyamar. Kesalahan justru mengajarkan kita cara memperbaiki diri. 

Tulisan yang gagal hari ini bisa menjadi pondasi bagi karya berikutnya. Kritik pedas bisa menjadi pupuk bagi perkembangan tulisan kita.

Penutup

Ke empat mindset di atas merupakan contoh dari pola pikir berkembang dan bertumbuh. Banyak kesalahan sama dengan banyak pembelajaran. Karena dengan kesalahan itu, kita bisa melihat kekurangan dan memperbaikinya. 

Mulailah terapkan ke empat mindset tersebut dan berproseslah dengan pelan namun konsisten. Rintangan dan kesulitan bukanlah penghalang kita untuk menciptakan tulisan yang luar biasa.

Pesan dari aku, satu hal yang harus selalu kamu ingat  bahwa jika pikiranmu saja tidak bisa kamu kendalikan, maka bagaimana kamu bisa kuat melangkah ke depan. 

Referensi:

Buku: Mindset; Karya Carol S.Dweck, PH.D.

www.gramedia.com/literasi/pengertian-mindset/ 

writingcenter.uiowa.edu/news/2025/04/crafting-success-dialogue-growth-mindset-and-writing?utm_source=chatgpt.com 

www.youtube.com/watch?v=i4zo54NirJ4

www.youtube.com/watch?v=Z2st_mE7gLk&t=5s 

Penulis

Hai, saya Nartati! Saya menulis bukan karena sudah pandai, tetapi karena ingin terus belajar dan berbagi. Melalui tulisan, saya menemukan cara untuk memahami diri, memperbaiki pikiran, dan menguatkan hati. Setiap kata yang saya tulis adalah langkah kecil menuju versi diri yang lebih baik.

Kawan Pena Penulis

Tempat bagi para penulis pemula maupun berpengalaman belajar bersama dan meningkatkan kemampuan menulis. Yuk, kita belajar menulis bersama dan berbagi inspirasi melalui kata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *