Menulis Itu Self-Healing? Yuk, Merangkai Kata dan Menyembuhkan Jiwa!
Pernahkah kamu menulis di buku harian tentang masalah yang sedang dihadapi, lalu merasa beban di hati dan pikiran terasa lebih ringan?
Kalau iya, ini berarti kamu sudah merasakan bagaimana menulis ternyata dapat berperan sebagai self-healing untuk diri kita, loh. Yuk kita telusuri bagaimana rutinitas harian dan sederhana kita ini ternyata memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan mental!
Mengenal Menulis dan Self-Healing
Seperti halnya yang kita ketahui, menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran, perasaan, dan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan. Ini bukan sekadar merangkai kata, tapi juga mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran.
Sementara itu, self-healing merujuk pada proses penyembuhan diri secara mandiri, baik secara fisik maupun psikologis.
Ketika kita menggunakan menulis sebagai sarana untuk memproses emosi, merefleksikan pengalaman, dan melepaskan beban pikiran yang mengganggu, inilah yang dapat disebut menulis sebagai self-healing.
Tanpa kita sadari, selama ini kegiatan menulis telah memberi kita ruang aman untuk mengungkapkan apa yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata, ya!
Menulis melalui Kacamata Psikologi
Nah, menariknya, sejumlah penelitian psikologi telah membuktikan efektivitas menulis sebagai terapi, lho!
Dr. James Pennebaker, seorang psikolog dari University of Texas, menemukan bahwa menulis ekspresif—yaitu menulis mengenai pikiran dan perasaan terdalam atau terkait pengalaman traumatis—dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis.
Ketika menulis, kita mengaktifkan kedua belahan otak, yaitu otak kiri (logika) dan otak kanan (kreativitas).
Proses ini membantu kita memahami masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
Selain itu, ternyata menulis juga dapat menurunkan kadar hormon stres (kortisol) dalam tubuh, sehingga kita merasa lebih tenang dan rileks.
Lalu, Bagaimana Cara Menjadikan Menulis sebagai Self-Healing?
Yuk kita simak beberapa tips agar menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyembuhkan:
- Mulai tanpa beban, jangan terlalu khawatir dengan tata bahasa atau struktur tulisan. Tuliskan saja dulu apa yang terlintas dalam pikiranmu.
- Buat rutinitas, sisihkan 15-20 menit setiap hari untuk menulis. Dalam hal ini, kamu harus konsisten, ya!
- Cobalah menulis dengan tangan. Meskipun kini kita sudah berada di era digital, menulis dengan tangan ternyata mampu menciptakan koneksi lebih mendalam dengan pikiran dan perasaan, loh.
- Cari tahu dan eksplorasi berbagai jenis tulisan. Cobalah menulis jurnal, puisi, cerita pendek, atau surat untuk diri sendiri, dengan begitu kamu akan mudah memahami apa yang nyaman untukmu.
- Kemajuan kecil itu berarti! Menyelesaikan satu paragraf pun adalah pencapaian yang patut diapresiasi, sebab lagi-lagi, konsistensi adalah yang utama.
Wah, Ada Fakta Menarik tentang Menulis sebagai Self-Healing, nih!
Tahukah kamu? Penulis terkenal Pramoedya Ananta Toer ternyata menciptakan karya masterpiece-nya yang luar biasa “Tetralogi Buru” saat dipenjara di Pulau Buru, loh!
Menulis tidak hanya berhasil membuat membuatnya bertahan, tetapi juga membuatnya menghasilkan karya yang mengubah dunia sastra Indonesia dan masih dikenal serta dicari banyak orang bahkan hingga saat ini.
Nah, yang perlu kita ingat, menulis itu tidak harus selalu indah, tidak perlu sempurna. Yang terpenting ialah jujur dalam menulis. Karena melalui kejujuran itulah proses penyembuhan diri dimulai.
Jika kamu merasa penat, cobalah duduk sejenak dan menulislah. Mungkin, kamu akan menemukan bahwa kata-kata bisa menjadi obat terbaik bagi jiwamu. Jadi, yuk siapkan buku dan pena!
Referensi
Kementerian Kesehatan RI. (2023). Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2023. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pennebaker, J. W. (1997). Writing about emotional experiences as a therapeutic process. Psychological Science, 8(3), 162-166. https://doi.org/10.1111/j.1467-9280.1997.tb00403.x
Pennebaker, J. W., & Smyth, J. M. (2016). Opening Up by Writing It Down: How Expressive Writing Improves Health and Eases Emotional Pain (2nd ed.). The Guilford Press.
Rodriguez, L., Tarrant, M., & Putwain, D. (2023). Expressive writing interventions for mental health: A meta-analysis. Clinical Psychology Review, 94, 102157. https://doi.org/10.1016/j.cpr.2022.102157
Smyth, J. M., & Pennebaker, J. W. (2008). Exploring the boundary conditions of expressive writing: In search of the right recipe. British Journal of Health Psychology, 13(1), 1-7. https://doi.org/10.1348/135910707X260117
Ditulis oleh: Mahira I. Hanandhya
Saya adalah seseorang yang gemar sekali membaca dan menulis. Saat ini, saya sedang duduk di bangku perkuliahan sebagai salah seorang mahasiswa Psikologi.
Akun Instagram: @mahiraih