Ruang Literasi

Journaling: Ruang Amanmu Menghadapi Fase Quarter Life Crisis

Pernahkah kalian merasa insecure, gagal, dan sedih terhadap proses? Atau bahkan stress dengan segala bentuk pikiran yang riuh di kepala? Setelah dipikir lebih mendalam ternyata hal tersebut merupakan bagian dari fase Quarter Life Crisis, loh, terlebih untuk kalian yang sudah memasuki usia 20-an. 

Ada satu habit sehat yang bisa membantu menghadapi fase Quarter Life Crisis, yakni dengan journaling. Setiap kata maupun kalimat yang tertuang dalam tulisan bisa jadi solusi untuk menuangkan emosi. Yuk, intip lebih lengkap artikel yang akan kupas tuntas journaling dalam fase Quarter Life Crisis. 

Apa Itu Quarter Life Crisis?

Sebelum jauh membahas tentang journaling kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu Quarter Life Crisis. Menurut Robbins dan Wilner fase Quarter Life Crisis adalah perasaan  khawatir  yang  hadir  atas  ketidak-pastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial. 

Fase QLC ini rentang terjadi pada individu usia 19-29 tahun. Sebenarnya, QLC muncul dari fenomena emerging adulthood yakni kesiapan individu yang terjadi sebelum kehidupan dewasa awal. Individu yang sudah siap dengan tantangan emerging adulthood maka akan menjalaninya dengan mudah. 

Berbanding terbalik dengan individu yang belum siap menghadapi tantangan tersebut maka ia akan terjebak dalam fase QLC. Lantas apakah fase peralihan ini memang se-menyeramkan itu kah?. 

Ada tujuh dimensi dalam fase Quarter Life Crisis yang perlu kita ketahui bersama, yakni kebimbangan  dalam  mengambil  keputusan,  merasa  putus  asa, penilaian  diri  negatif,  terjebak  di  dalam  situasi  yang  sulit,  merasakan  kecemasan,  merasa tertekan dan kekhawatiran terhadap hubungan relasi. 

Yuk, coba kita refleksi bersama-sama! Fase peralihan ini merupakan tuntutan alami dalam hidup yang harus dijalani. Memasuki fase dewasa yang lebih kompleks maka setiap individu harus siap dengan segala resiko dan tantangan. Nah, di fase Quarter Life Crisis inilah kita dipaksa untuk siap.

Journaling dalam Fase Quarter Life Crisis 

Terdapat dua hal yang menjadi solusi dalam menghadapi Quarter Life Crisis. Pertama, mengenal diri sendiri, kemudian yang kedua melakukan terapi. Banyak cara untuk terapi salah satunya dengan journaling. Journaling merupakan proses menulis sebagai bentuk refleksi atas perasaan dan pikiran. 

Journaling mampu memberikan dampak positif pada kesehatan mental. Mengutip dari website halodoc.com berikut manfaat journaling untuk kesehatan mental: 

  • Mengelola stress
  • Mengatasi trauma
  • Meningkatkan kesadaran diri
  • Meningkatkan kreativitas
  • Memperbaiki suasana hati

Semakin ramai trend baru journaling therapy, yakni proses menulis yang bersifat individu tentang perasaan dan pengalaman diri sendiri. Tujuannya untuk meluapkan emosi baik itu perasaan sedih atau senang, menceritakan perjalanan hidup, serta mengenal diri sendiri secara lebih dalam. 

Makin paham kan kenapa journaling bisa jadi teman dalam melewati fase QLC. Yups, benar sekali tidak lain adalah sebagai ruang untuk merefleksikan diri. Jangka panjangnya akan membentuk individu yang lebih matang dengan cara mengenal diri sendiri dari sudut pandang berbeda,

Dapat disimpulkan bahwa journaling memiliki dua dampak positif, yakni mampu melewati fase Quarter Life Crisis dengan baik serta lebih mengenal diri sendiri. Butuh proses panjang untuk menghadapi fase Quarter Life Crisis, akan tetapi solusi journaling bisa jadi solusinya, selamat mencoba!. 

Tips Journaling dalam Fase Quarter Life Crisis 

Buat kalian yang ingin mencoba journaling, intip beberapa tips berikut: 

1. Cari Waktu yang Tepat 

Tips yang pertama adalah mencari waktu yang tepat, di tengah kesibukan kita bisa nih cari waktu khusus untuk journaling. Saranku pribadi saat pagi hari, luangkan waktu 10-15 menit untuk sekedar menulis rencana kegiatan hari ini, afirmasi positif, maupun refleksi hari yang telah berlalu.

Mood yang baik di pagi hari dapat mempengaruhi aktivitas kita sepanjang hari, jadi memulai hari dengan afirmasi positif agar segala hal baik berpihak pada kita. Tidak hanya pagi saja ya, setiap orang bebas menentukan waktu untuk journaling-nya. 

2. Mulai dengan Sederhana

Tips berikutnya memulai dengan sederhana. Kata sederhana sebenarnya mudah, akan tetapi di beberapa keadaan seperti sulit. Barangkali ada hal yang terasa sulit karena belum dimulai, maka dari itu mulailah journaling dengan sederhana. Apapun yang sudah dimulai akan menemukan jalannya.

Sederhana dalam konteks menulis dengan apa adanya. Gunakan kertas, buku, notes hp, atau apapun itu yang kalian punya. Tidak perlu beli buku bagus untuk journaling, cari media yang nyaman saja tanpa perlu memberatkan. Poin pentingnya adalah konsisten terhadap kesederhanaan tersebut.

Journaling ini sifatnya bebas dan terbuka sehingga tidak ada standar jumlah kalimat untuk satu tulisan, jadi buat kalian yang baru memulai boleh banget loh menulis beberapa kalimat saja. Percaya diri aja dulu lalui prosesnya, lama-lama akan terbiasa dan menjadi habit sehat untuk diri sendiri. 

3. Ciptakan Ruangan yang Tenang 

Ruangan tenang akan menciptakan suasana menulis yang lebih nyaman. Cara ini juga bermanfaat agar emosi yang terluapkan bisa maksimal serta meminimalisir adanya distraksi. Ruang yang tenang setiap individu tentu berbeda-beda, ada yang di kamar, perpustakaan, coffee shop, dan sebagainya. 

Journaling sebagai Ruang Aman Diri Sendiri 

Menghadapi fase Quarter Life Crisis yang serba dar-der-dor ini justru membuat kita menjadi mandiri sebab orang yang kita anggap sebagai teman sudah disibukkan dengan urusannya masing-masing. Cocok sekali kalau journaling menjadi teman untuk menjalani hidup di tengah fase Quarter Life Crisis. 

Journaling membantu kita untuk lebih jujur pada diri sendiri, ruang paling aman untuk menuangkan masalah, perasaan, pikiran, atau sekedar menceritakan pengalaman. Segala emosi dapat tersalurkan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan tidak haus validasi dari siapapun. 

Bagiku arti kata ‘cukup’ di fase Quarter Life Crisis ini juga sangat berpengaruh, di saat semua orang sibuk dengan dunianya, yang kita miliki hanya diri sendiri. Cukup sebagai diri sendiri akan membantu menjalani hari yang lebih bermakna tanpa melibatkan campur tangan orang lain.  

Gimana tertarik untuk memulai journaling? Yuk mulai dengan cara yang sederhana! Semuanya layak bahagia dan masa depan yang cemerlang, meskipun harus menyisipkan ruang kecewa jangan sampai lupa berdoa atas segala hal baik yang akan menghampiri. Buat kalian yang ada di fase Quarter Life Crisis tetap tumbuh dalam proses ya, kita pasti bisa!

Referensi: 

Dwitami, T. H., & Kusumalestari, R. R. (2023). Makna Journaling bagi Generasi Z. In Bandung Conference Series: Journalism (Vol. 3, No. 2, pp. 188-194).

Fikam, F., Arimindani, I. D., Asyifa, H. B., Weanind, T. K., & Mahfud, A. (2024). The Journaling Therapy untuk Meningkatkan Self-Compassion pada Remaja Panti di Asuhan. Sinesia: Journal of Community Service, 1(2), 98-107.

Lestari, U., Masluchah, L., & Mufidah, W. (2022). Konsep diri dalam menghadapi quarter life crisis. IDEA: Jurnal Psikologi, 6(1), 14-28. 

www.halodoc.com

Penulis

Hildan Nurul Hidayah penulis yang ingin berbagi ekspresi hingga keluh kesah diri. Bagiku menulis adalah treatment terbaik di setiap keadaan, menjadi teman yang dapat dipercaya dan diandalkan. Instagram @hildanurul__

Kawan Pena Penulis

Tempat bagi para penulis pemula maupun berpengalaman belajar bersama dan meningkatkan kemampuan menulis. Yuk, kita belajar menulis bersama dan berbagi inspirasi melalui kata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *