Ruang Literasi

Contoh Literasi Sederhana di Sekolah, Gerakan Kecil Menumbuhkan Minat Baca Siswa

Memasuki tahun ajaran baru gerakan literasi penting untuk diterapkan di sekolah sebab literasi sebagai salah satu jembatan menjemput pengetahuan.

Lebih dari membaca, ternyata literasi juga berisi seputar menulis, komunikasi hingga berpikir kritis. Perubahan besar seringkali berawal dari langkah kecil yang konsisten dilakukan. 

Yuk kita sama-sama mengenal literasi, dimensi literasi dasar, penerapan literasi, serta faktor yang melatarbelakangi literasi di sekolah!

Topik sekolah dipilih sebagai objek dalam pembahasan literasi kali ini sebab proses belajar mengajar tidak pernah lepas dengan sebuah literasi. 

Apa Itu Literasi?

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai contoh-contoh gerakan literasi di sekolah, kita harus tahu dulu pengertian literasi secara umum.

Menurut UNESCO, literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan dan menulis bahan-bahan yang terkait dengan konteks yang berbeda-beda. 

Sedangkan makna literasi menurut Kemendikbud adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.

Sehingga dapat disimpulkan literasi merupakan kemampuan dasar manusia untuk memahami suatu konteks mulai dari menerima, mencerna, berpikir hingga memberikan tanggapan. Oleh karena itu, literasi menjadi komponen penting dalam pembelajaran di sekolah, sebelum menerima ilmu ada peran literasi yang menjadi pintu pertama dalam mengolah pemahaman. 

Berdasarkan Panduan Gerakan Literasi Nasional (Kemdikbud, 2016) literasi dasar terdiri dari 6 dimensi, yaitu:

  1. Literasi Baca dan Tulis
  2. Literasi Numerasi 
  3. Literasi Sains 
  4. Literasi Digital 
  5. Literasi Finansial
  6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan

Di dalam konteks 6 dimensi literasi dasar di atas, artikel ini akan membahas secara lebih lanjut mengenai poin pertama yakni literasi baca dan menulis.

Artinya, dimensi literasi ini fokus pada pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mengolah dan memahami informasi, serta menggunakan teks tertulis untuk mencapai suatu tujuan.

Contoh Gerakan Literasi di Sekolah 

Apa saja contoh gerakan literasi di sekolah? Penerapan literasi di sekolah bisa dimulai dari hal-hal kecil sebagai berikut:

1. Gerakan Serentak Membaca 15 Menit 

Kegiatan ini waktunya fleksibel, bisa saat peserta didik selesai baris berbaris. Mereka diminta duduk di depan kelas lalu membaca buku, atau 15 menit saat masuk kelas setelah berdoa peserta didik diminta membaca buku apa saja bebas sesuai keinginan mereka. 

Gerakan 15 menit membaca ini juga bisa diterapkan di halaman sekolah, ruang kelas, taman sekolah, atau tempat-tempat yang membuat mereka merasa nyaman. 

Gerakan membaca serentak dapat menciptakan suasana sunyi di seluruh area sekolah akan meningkatkan rasa tenang saat membaca. 

Kebiasaan 15 menit yang konsisten diterapkan akan meningkatkan budaya membaca bagi para peserta didik. Namun, guru juga berperan penting dalam gerakan literasi tersebut.

Guru harus ikut serta membaca agar peserta didik dapat merasakan suasana yang sama tanpa adanya kesenjangan yang terbentuk di antara mereka. 

2. Kunjungan Wajib ke Perpustakaan 

Perpustakaan dapat mendorong tingkat literasi membaca peserta didik. Penerapan kunjungan wajib ke perpustakaan bisa dijadwalkan oleh guru.

Misalnya, satu minggu ada satu kali pertemuan dalam durasi tertentu untuk membaca di perpustakaan, tetap dengan catatan tidak mengganggu jam pelajaran yang lain. 

Kunjungan perpustakaan juga harus diterapkan pada semua kelas agar gerakan literasi ini dapat merata diterima oleh seluruh warga di satuan pendidikan.

Saat membaca di perpustakaan semua peserta didik dapat membaca berbagai macam buku yang tersedia. Pastinya, pihak perpustakaan bisa memastikan semua genre buku dalam batas aman dibaca anak-anak. 

3. Membuat Ruangan Pojok Membaca 

Pojok membaca merupakan istilah untuk sudut kecil di dalam ruangan kelas yang diisi berbagai buku. Siapapun bisa membacanya saat waktu luang atau sedang istirahat.

Libatkan peserta didik saat mengolah ruang itu. Contohnya dengan gotong royong menyusun buku dan menghias rak agar sudut bacanya semakin indah serta rapi. Dengan demikian peserta didik akan merasa memiliki sudut kecil tersebut dan tertarik untuk membaca buku-bukunya. 

4. Area Baca di Lingkungan Sekolah 

Area baca tidak selalu buku, literasi bisa bersumber dari hal lain misalnya poster-poster dengan tema pendidikan, nasionalisme, religius, atau tulisan-tulisan yang ditempel di setiap sudut sekolah.

Peserta didik secara tidak sadar akan memahami isi tulisan jika lingkungannya dikelilingi oleh banyak media literasi. 

Mading sekolah juga bisa jadi area baca, misalnya diisi dengan hasil karya peserta didik, pengumuman penting, serta cuplikan artikel berita yang diganti secara teratur. 

5. Membentuk Komunitas Baca di Sekolah 

Komunitas baca bisa menjadi salah satu usaha dalam meningkatkan minat literasi di sekolah. Komunitas tersebut harus di dalam naungan sekolah dan diawasi oleh para guru.

Kegiatan di dalamnya selain membaca adalah berdiskusi, saling bertukar pendapat, atau refleksi isi buku yang telah dibaca. Tempatnya bisa disesuaikan dengan anggota komunitas, contoh minggu ini di taman sekolah, minggu depan di perpustakaan, dan sebagainya. 

6. Menulis Opini sebagai Refleksi Buku yang Telah Dibaca

Selain penerapan budaya membaca yang tinggi, guru juga harus memberikan pembelajaran pada murid untuk menanggapi buku yang telah mereka baca sebagai penilaian non akademik.

Contohnya, tugas menuliskan opini setelah membaca buku, dengan demikian peserta didik tidak hanya sekedar membaca buku saja, mereka dilatih untuk memahami isi teks, mengolah pemikiran, menyimpulkan serta menulis pendapatnya masing-masing. 

7. Latihan Menanggapi Buku secara Lisan 

Isi buku yang telah mereka baca juga bisa ditanggapi secara lisan, misalnya guru meminta murid untuk maju ke depan menceritakan apa yang telah mereka baca. Secara tidak langsung cara tersebut dapat melatih percaya diri, keberanian,  serta kemampuan berbicara di depan publik. 

Faktor yang Melatarbelakangi Literasi di Sekolah

Dalam penerapan literasi di sekolah tentu ada beberapa faktor yang melatarbelakangi baik internal maupun eksternal. 

1. Faktor Internal 

Faktor internal yang melatarbelakangi literasi di sekolah adalah peserta didik, sarana dan prasarana, pemahaman tenaga pendidik terhadap literasi, serta ketersediaan dana sebagai penunjang. 

2. Faktor Eksternal

Adapun faktor eksternalnya adalah peran keluarga, lingkungan sekitar, dan peran pemerintah. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dapat menjadi pendorong dalam pemenuhan sarana dan prasarana, monitoring serta evaluasi.

Begitu pun dengan peran keluarga yang menjadi tempat pulang setelah penerapan literasi di sekolah. Sehingga orang tua harus mendukung secara penuh budaya literasi ini dengan turut menjaga kebiasaan baik hingga menjadi model teladan dalam literasi di luar sekolah. 

Pentingnya literasi bagi generasi saat ini menjadi tanggung jawab bersama. Gerakan sederhana yang dimulai dengan konsisten akan berdampak pada waktunya, satu hal penting yang patut ditanamkan  “Membaca adalah investasi berharga untuk masa depan bangsa”. 

Referensi: 

Sihotang, K. (2019). Berpikir kritis: Kecakapan hidup di era digital. PT Kanisius.

cerdasberkarakter.kemendikdasmen.go.id/mplsramah/

www.kompas.com/

badanbahasa.kemendikdasmen.go.id/

Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar (repositori.kemendikdasmen.go.id/ )

Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar (pskp.kemendikdasmen.go.id/)

Nama Penulis

Hildan Nurul Hidayah penulis yang ingin berbagi ekspresi hingga keluh kesah diri. Bagiku menulis adalah treatment terbaik di setiap keadaan, menjadi teman yang dapat dipercaya dan diandalkan. 

Instagram @hildanurul__

Kawan Pena Penulis

Tempat bagi para penulis pemula maupun berpengalaman belajar bersama dan meningkatkan kemampuan menulis. Yuk, kita belajar menulis bersama dan berbagi inspirasi melalui kata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *