SMAIL, Cahaya Harapan dari Desa untuk Menjaga Jiwa Anak Bangsa
Setiap pagi, jalan di pedesaan menuju sekolah selalu ramai oleh tawa anak-anak yang berlarian menggendong tas ransel. Mereka saling menyapa dan penuh semangat seolah dunia sekolah hanya tentang belajar dan mempersiapkan masa depan yang indah.
Namun, di sudut lain, ada anak-anak yang melangkah tanpa semangat, menyeret kaki tanpa motivasi. Mereka sedang memendam perasaan yang terluka. Ada yang diam menahan perasaannya, tetapi tidak sedikit pula melakukan pelampiasan ke arah perilaku negatif.
Malas belajar, melawan guru, merokok, sibuk bermain ponsel bahkan merundung temannya dengan semena-mena. Perilaku seperti ini bisa menjadi sinyal bahwa anak memiliki luka batin yang mengganggu kesehatan mentalnya.
Padahal kesehatan mental anak adalah salah satu fondasi dan bekal utama untuk masa depan yang indah. Tapi, bagaimana jika mental mereka sudah rapuh sejak dini? Apakah ada cara untuk mencegah bahkan mengatasinya?
Akar dari Luka, Alasan Terjadi Krisis Kesehatan Mental pada Anak
Tekanan dari keluarga, kurang terlibatnya peran orang tua, lingkungan sekolah tidak cukup peka, hingga pengaruh dunia digital membuat banyak anak mudah kehilangan arah. Akibatnya, mereka akan merasa sering terabaikan dan mudah cemas hingga melampiaskan emosi tidak stabil itu ke arah perilaku negatif.
Gangguan perilaku dan kesehatan mental pada anak-anak seperti ini memang dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, orang terdekat, atau bahkan dari dalam dirinya sendiri (Ningrum, MS, Khusniyati A, & Ni’mah, M I, 2022).
Kondisi seperti ini bisa semakin mengkhawatirkan ketika terjadi di pedesaan dengan stigma yang masih kuat, layanan kesehatan jiwa terbatas, dan minimnya edukasi terkait kesehatan mental.
Jika tidak ada peran orang dewasa dalam mengatasinya, maka dampak lebih buruk tidak dapat dihindari. Permasalahan kesehatan mental anak di usia dini yang tidak segera diatasi juga akan mempengaruhi kesehatan dan kestabilan mentalnya di usia remaja (Sejati YG, 2020).
Dikutip dari website resmi Kemenkes (2024), survey I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan sebanyak 15.5 juta atau sekitar 34.9% remaja mengalami masalah kesehatan mental.
Masalah kesehatan mental bisa menjadi akar sumber permasalahan yang lebih parah bahkan meningkatkan risiko bunuh diri di usia anak-anak hingga remaja. Lihat saja data dari BRIN tahun 2012-2023 yang mencatat 2.112 kasus bunuh diri dan 46,6% di antaranya dilakukan oleh remaja. Sungguh miris, bukan?
Ahmad Guntur Alfianto, Sang Pematik Cahaya di Balik Krisis Kesehatan Mental Anak
Di tengah gelapnya kabar krisis kesehatan mental pada anak, ternyata masih ada secercah cahaya yang berusaha menembusnya. Tentu saja karena di balik setiap luka, pasti selalu ada kesempatan untuk kembali pulih.
Berawal dari kesadaran itulah, lahir sebuah gerakan kesehatan mental anak bernama SMAIL (School Mental Health in Rural). Gerakan inspiratif tersebut digagas oleh pria kelahiran 1989 bernama Ahmad Guntur Alfianto.
Di pelosok pedesaan tepatnya daerah Bantur Malang banyak anak-anak yang tidak memiliki motivasi untuk belajar ataupun sekolah. Beberapa di antaranya bahkan memiliki kebiasaan merokok atau perilaku menyimpang lainnya.

Hasil survei Ahmad Guntur ternyata sejalan dengan penelitian Damayanti AN (2023) yang menyatakan bahwa orang tua sebagai lingkungan terdekat memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan mental anak.
Ketika orang tua menerapkan pola asuh otoriter, tidak terlibat aktif, atau bahkan mengabaikan anak, maka kesehatan mental anak akan terganggu.
SMAIL (School Mental Health in Rural) pun lahir pada tahun 2018 dengan fokus melakukan edukasi kesehatan mental di sekolah-sekolah pelosok pedesaan.
Program ini menjelma menjadi upaya memperkuat kesadaran masyarakat khususnya orang tua dan sekolah terhadap pentingnya kesehatan mental bahkan untuk anak-anak di pelosok daerah.
Selain itu, SMAIL juga turut hadir mendampingi anak-anak sekolah di pedesaan untuk lebih mengenal dan peduli dengan dirinya sendiri agar memiliki jiwa yang lebih kuat.
Program ini tumbuh lewat kolaborasi lintas pihak, mulai dari masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, hingga pemerintah. Seluruh pihak tersebut secara bersama-sama percaya bahwa kesehatan mental anak adalah tanggung jawab bersama.
SMAIL (School Mental Health in Rural), Harapan yang Menjadi Kekuatan
SMAIL hadir bukan hanya sebagai sebuah program, tetapi ruang aman yang nyata bagi anak-anak untuk mengenali emosi, bercerita tanpa takut dihakimi, dan belajar memulihkan diri.
Mulai dari tahun 2018, SMAIL fokus memberikan pendampingan konseling bagi para siswa dengan target utama Gen Z dan Alpha. Melalui program ini, anak-anak merasa lebih aman dan nyaman mencurahkan isi hati dan emosinya. Mereka pun mendapat pendampingan dan panduan untuk memahami hingga menyalurkan emosi melalui kegiatan yang lebih positif.
Pihak sekolah dan guru juga diberikan pengarahan untuk mendukung kegiatan ini. Sekolah pun bisa tumbuh menjadi lingkungan yang suportif melalui pendekatan psikologis sederhana kepada siswa-siswanya. Suasana belajar menjadi lebih hangat dan tidak sekedar fokus pada nilai akademik.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan sekolah, tetapi mengikutsertakan juga para orang tua dan masyarakat sekitar. Bukan hanya membantu meningkatkan kesadaran, SMAIL juga memberi edukasi, pengarahan, hingga pendampingan untuk memperkuat peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental anak-anaknya.
Tahun 2019 dan 2020, pergerakan SMAIL menghadapi tantangan karena munculnya wabah Covid-19 yang menyebabkan terbatasnya kegiatan tatap muka langsung. Namun, inilah yang menjadi awal adanya program pendampingan dilakukan secara daring menggunakan platform digital.
Tentu saja peranan orang tua sangat diperlukan sebagai pendamping dalam sesi screening online tersebut. Ini langkah penting untuk membantu menemukan tanda awal gangguan kesehatan mental, seperti trauma, depresi, kecemasan, dan perilaku menyimpang.
Semakin cepat kondisi ini diketahui, maka semakin besar peluang untuk segera ditangani dengan baik.

Tahun 2021, SMAIL melakukan gebrakan dengan tidak hanya mendorong pentingnya kesehatan mental, tetapi juga fokus pada kesehatan fisik anak. Melalui pengembangan UKS yang lebih aktif di sekolah-sekolah, SMAIL berhasil mewujudkan keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik anak.
Tidak hanya berhenti di situ, pada tahun 2022, SMAIL juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan pramuka yang identik dilaksanakan di setiap sekolah. Melalui Program Kenari, SMAIL mewujudkan kegiatan perkemahan menyenangkan dengan tujuan utama membantu anak-anak mengenali dirinya masing-masing.
Dampak yang terlihat cukup nyata karena berawal dari memahami diri sendiri, mereka juga sadar bahwa meminta bantuan bukan tanda kelemahan.
Pada tahun 2023, berawal dari maraknya isu perundungan hingga kasus bunuh diri, SMAIL mulai memasuki lingkungan pesantren. Program yang dibawa untuk mencegah hingga mengatasi permasalahan ini bernama “Santri Gojlokan”.
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran diri para santri agar paham bahwa perundungan tidak akan pernah membawa kebaikan apa pun. Mereka juga disadarkan bahwa empati jauh lebih berharga daripada rasa superioritas semu.
Selain itu, SMAIL juga pernah mengadakan Poskestren untuk Pesantren Darussalam. Kegiatan utama berupa melakukan screening kesehatan dan gerakan Santri Sadar Gizi. SMAIL menekankan bahwa kesehatan fisik dan mental sangat berkaitan erat.
Hingga saat ini, SMAIL masih terus konsisten menjalankan program dan aksi nyata. Program ini hadir melalui kegiatan-kegiatan yang ramah dan mudah diterima bahkan memanfaatkan budaya hingga kearifan lokal.
Misalnya, Kembar Mayang, Kanca Cilik berupa edukasi kesehatan mental melalui film dan animasi. Selain itu, ada juga kegiatan pagelaran Wayang Lakon Rewang, dan Tari Uri-uri, Rewang untuk Stunting, Token Pedia, Ngaji Sehat, Pojok Curhat, Guru Ibu, dan lainnya.

Tidak hanya sampai di situ, ternyata SMAIL kini juga sedang menjalankan program terbaru bernama Rampatan Nusantara. Program ini tentang perawatan diri kesehatan jiwa pada anak usia prasekolah.
“Untuk Rampatan Nusantara karena kita fokus pada perawat diri kesehatan jiwa salah satunya adalah pemenuhan nutrisi. Kalau dikaitkan memang antara kesehatan jiwa dan fisik tidak bisa dipisahkan,” kata Ahmad Guntur dalam sesi wawancara online dengan saya (01/10/2025).
Seluruh kegiatan SMAIL menunjukkan dampak positif dan menghadirkan secercah cahaya harapan baru yang menjelma menjadi kekuatan untuk menciptakan generasi yang lebih tangguh.
Berawal dari Desa Hingga Menjadi Inspirasi untuk Bangsa Indonesia
Niat baik dan ketulusan sering kali menemukan jalannya sendiri. Begitu pula usaha Ahmad Guntur bersama SMAIL yang memulai dari langkah kecil melakukan edukasi tentang kesehatan mental anak.
Konsistensi dan dampak nyata yang SMAIL berikan akhirnya menuai pengakuan maupun apresiasi dari masyarakat luas.
Pada tahun 2021, SMAIL bahkan berhasil memperoleh Apresiasi SATU Indonesia Awards Astra tingkat Provinsi Jawa Timur.
Penghargaan dari SATU Indonesia Awards Astra menjadi bukti bahwa langkah kecil dari sebuah desa mampu membawa cahaya harapan dan perubahan. SMAIL bukan sekadar program lokal, tetapi secercah cahaya harapan yang menjadi inspirasi untuk Bangsa Indonesia.
Melalui sesi konseling yang penuh ketulusan, SMAIL membuktikan bahwa kepedulian terhadap kesehatan mental anak mampu membawa dampak yang melampaui batas wilayah.
SMAIL mengajarkan bahwa kepedulian dan empati dapat tumbuh dari mana saja, bahkan dari sudut-sudut pedesaan.
Berawal dari desa, SMAIL menyalakan cahaya harapan untuk Bangsa Indonesia. Cahaya itu tumbuh menjadi harapan, harapan itu menjelma kekuatan. Pada akhirnya, kekuatan ini menyatu dalam semangat SATU INDONESIA di mana setiap anak berhak tumbuh dengan jiwa yang sehat dan bahagia.
Penutup
Kesehatan mental anak adalah fondasi sekaligus salah satu bekal utama masa depan mereka. Namun, meningkatnya perilaku menyimpang, perundungan, hingga bunuh diri bisa menjadi tanda bahwa jiwa mereka belum sungguh-sungguh terjaga.
Kita sering lupa bahwa di balik senyum anak bisa jadi terselip tangis yang tak terdengar.
Berbagai program dan aksi kegiatan nyata yang dibawa SMAIL hadir bukan hanya sebagai solusi melainkan secercah cahaya harapan untuk membangun kesadaran bahwa pendampingan emosional sangat penting bagi anak-anak.
Sudah saatnya kita bergerak bersama menjaga kesehatan mental anak agar mereka memperoleh kesempatan mengenali diri, menata emosi, dan tumbuh dengan hati tenang.
Mulai dari hal sederhana: mendengar tanpa menghakimi, memeluk tanpa bertanya, dan mendampingi tanpa syarat. #APAxKBN2025
Referensi:
BRIN. 2023. BRIN Bahas Kondisi Kesehatan Jiwa Remaja Indonesia dari Aspek Psikososial. Terdapat pada: https://www.brin.go.id/news/116807/brin-bahas-kondisi-kesehatan-jiwa-remaja-indonesia-dari-aspek-psikososial [Diakses 30 September 2025].
Damayanti, A. N. (2023).. Fenomena Pola Asuh Orang tua dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental Anak. In Prosiding Seminar Sastra Budaya Dan Bahasa (SEBAYA) (Vol. 3, pp. 29-39).
Fatoni, Ahmad. 2024. Ahmad Guntur Alfianto, Pemuda Asal Malang Gigih Lakukan Konseling Kesehatan Mental terhadap Anak. Tersedia pada: https://jatim.viva.co.id/cangkrukan/15991-ahmad-guntur-alfianto-pemuda-asal-malang-gigih-lakukan-konseling-kesehatan-mental-terhadap-anak [Diakses 29 September 2025].
Jatimpemprov. 2025. Dari Desa Bantur, Gerakan Kesehatan Mental Anak yang Menginspirasi Indonesia. Instagram: @jatimpemprov. Tersedia pada: https://www.instagram.com/p/DNk71povBXX/ [Diakses 29 September 2025].
Kemenkes. 2024. Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja dan Cara Menghadapinya. Terdapat pada: https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-kesehatan-mental-bagi-remaja [Diakses 30 September 2025].
Kusomo, Rizky. 2025. SMAIL: Gerakan Komunitas untuk Kesehatan Mental Anak di Pedesaan Indonesia. Tersedia pada: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/07/06/smail-gerakan-komunitas-untuk-kesehatan-mental-anak-di-pedesaan-indonesia [Diakses 30 September 2025].
Lailiyah, Faridatul. 2025. Menghadirkan Psikologi Lewat Budaya: Inovasi SMAIL (School Mental Health in Rural) Malang dalam Edukasi Kesehatan Mental. Tersedia pada: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/20/menghadirkan-psikologi-lewat-budaya-inovasi-smail-sekolah-mental-health-in-rural-malang-dalam-edukasi-kesehatan-mental [Diakses 29 September 2025].
Ningrum, M. S., Khusniyati, A., & Ni’mah, M. I. (2022). Meningkatkan kepedulian terhadap gangguan kesehatan mental pada remaja. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 1174-1178.
Sejati YG. 2020. Menjaga Stabilitas Mental Anak Selama Pandemi Covid-19. Gresik: Caremedia Communication.
