8 Langkah Membuat Puisi yang Menarik Beserta Contohnya
Di artikel sebelumnya, kita sudah berkenalan dengan puisi — mulai dari pengertian, ciri, struktur, hingga jenisnya sudah dibahas tuntas. Nah, di artikel ini, aku bakal bocorin ke kamu cara membuat puisi yang menarik. Bukan hanya langkah-langkah saja, tapi juga contohnya.
Sebelum lanjut, buat kamu yang mungkin masih asing dengan puisi, bisa banget, lho, baca artikel sebelumnya di sini. Soalnya, kamu bakal lebih mudah menerapkan langkah-langkah berikut jika sudah paham dan ngerti dasar-dasarnya.
Bagaimana Cara Menulis Puisi yang Menarik?
Lantas, apa saja langkah-langkah membuat puisi yang menarik? Yuk kita bahas!
1. Menentukan Tema dan Perasaan
Sebelum mulai nulis, kamu perlu menentukan tema dan perasaan yang ingin ditonjolkan. Tema ini bisa tentang perjuangan, kehilangan, dan sebagainya. Tentukan juga perasaan yang ingin diusung. Misalnya, senang, sedih, atau bahkan pasrah.
Tema perjuangan tidak selalu menggambarkan perasaan yang membara. Begitu juga kehilangan, bisa saja menceritakan tentang rasa bahagia. Semua tergantung kreativitas penulisnya.
Nih, aku kasih salah satu contoh. Misalnya, aku mau nulis puisi dengan tema kopi. Perasaan yang ingin aku gambarkan adalah kebingungan.
2. Melakukan Riset
Setelah menentukan tema dan perasaan, aku sangat anjurin kamu untuk melakukan riset. Kok ribet banget sih sampai harus riset? Tujuannya agar puisi kita tidak klise dan biasa aja.
Apa saja yang perlu kita cari? Banyak hal. Seperti contoh-contoh puisi dengan tema sejenis. Ini bisa buat kita menemukan inspirasi dan sudut pandang yang berbeda, lho!
Selain itu, kita juga bisa riset hal-hal pendukung lainnya. Misalnya, kamu ingin buat puisi dengan latar masa penjajahan. Kamu bisa cari tahu siapa saja tokoh yang terlibat dan apa kejadian yang terjadi. Ini bisa bikin puisinya lebih hidup.
Nah, untuk membuat puisi yang sudah direncanain sebelumnya, aku bakal baca karya-karya sastrawan ternama. Contohnya, puisi Secangkir Kopi karya Joko Pinurbo, Ayat-ayat Api karya Sapardi Djoko Damono, atau juga Kopi Pagi Hari Ini karya Aan Mansyur.
3. Memaknai Tema
Jika sudah melakukan kedua langkah sebelumnya, saatnya kita untuk memaknai tema. Pikirkan baik-baik apa inti pesan yang ingin kamu sampaikan dalam puisimu.
Misalnya tadi, aku memilih tema kopi dan perasaan bingung. Nah, aku ingin menyampaikan pesan tentang cara kita memaknai kedewasaan. Selain itu, aku juga ingin menyelipkan pesan moral untuk saling menghargai apapun latar belakangnya.
Memaknai tema ini penting banget, karena bisa menentukan arah dan kedalaman puisi kamu. Dengan mempunyai makna yang kuat, pembaca bisa merasa relevan dan terhanyut saat membacanya.
4. Mulai Menulis
Rancangannya sudah ada. Riset dan pemaknaannya juga sudah mantap. Langkah selanjutnya adalah eksekusi.
Mulailah dengan menulis apapun yang ada di pikiran kamu! Tak perlu langsung kalimat panjang yang perlu ditafsir secara mendalam. Pastikan dulu inti pesan yang ingin disampaikan telah dimuat.
Contoh puisi kopi tadi. Aku akan menulis sebuah pembukaan yang sederhana;
Hidup ini ibarat secangkir kopi
yang diminum pada pagi
Dari pembukaan ini, kamu bisa mengembangkan perasaan dan tema yang telah kamu pilih. Tak perlu takut untuk menambahkan perumpamaan, pertanyaan, atau ungkapan lain. Karena puisi bukan soal kerumitan kata, tapi cara menyampaikan rasa yang jujur dan bermakna.
5. Menggunakan Diksi
Pemilihan diksi bisa jadi kepribadian dan ciri khas dari sebuah puisi. Kosa kata yang dipilih tak harus bahasa Sanskerta yang susah. Bahkan, bahasa sehari-hari pun bisa, lho, kamu gunakan! Asal sesuai dengan tema dan perasaan yang kamu usung.
Contoh, lanjutan puisi kopi tadi. Aku ingin membuat puisi tersebut terasa dekat dengan kehidupan. Berikut potongan kelanjutannya!
Saban waktu, aku bertanya pada Ayah,
“Ada apa dengan kopi?”
Ia tertawa sembari mengacungkan cangkirnya,
“Nak, dewasa adalah tentang kopi ke kopi.”
Dari potongan puisiku di atas, kamu bisa lihat bahwa penggunaan diksi yang sederhana justru membuat puisinya terasa akrab dan mengena. Tak perlu takut untuk menggunakan kosakata sehari-hari! Bisa saja, itu jadi ciri khas dari puisi kamu.
6. Menggunakan Rima
Demi keindahan dan kenyamanan nada saat dibaca, kamu perlu menentukan rima. Entah di akhir, pertengahan, atau bahkan awal dari tiap lariknya. Rima ini umumnya berpola, seperti, a-a-a-a, a-b-a-b, atau bahkan a-b-c-c-b-a.
Kalau kamu perhatikan, potongan puisi kopi di atas juga menerapkan konsep rima. Pada bait pertama, aku menggunakan pola a-a. Sedangkan pola bait berikutnya adalah a-b-a-b.
Rima bukan hanya soal keindahan bunyi, kehadirannya juga bisa memperkuat emosi dan irama dalam puisi. Saat puisimu dibacakan dengan lantang, rima membantu menciptakan alur yang lebih halus dan menyentuh.
7. Kembangkan Puisinya
Tak ada aturan pasti dalam penulisan puisi. Entah hanya dua baris singkat seperti epigram, atau syair panjang seperti kisah Mahabarata. Semua tergantung pada penulisnya. Kamu hanya perlu mengembangkan tulisan tersebut dan membuatnya enak dibaca.
Dalam puisi, kamu tak perlu deskripsi panjang, apalagi sampai bertele-tele. Yang penting adalah kedalaman makna dan tersampaikannya pesan ke pembaca.
Kembali ke puisi kopi tadi, aku memutuskan untuk mengembangkannya menjadi lima bait, yang mana tiap bait memiliki empat baris.
Mengapa lima bait? Karena, menurutku, jumlah ini mampu menyampaikan gagasan secara utuh tanpa terasa terlalu singkat atau justru melebar ke mana-mana.
Namun, kamu tidak harus mengikuti pola ini, yah! Bisa saja, puisi yang kamu buat justru lebih cocok jika disampaikan dalam bait yang singkat. Asalkan, tiap barisnya mengandung makna mendalam.
Kunci utama dalam mengembangkan puisi adalah konsistensi. Kalau kamu sudah menentukan pola, seperti tiap bait terdiri dari tiga baris, usahakan untuk tetap menggunakan pola tersebut sampai akhir. Ini akan buat puisimu terasa padu dan nyaman dibaca.
8. Menentukan Judul
Langkah terakhir, setelah semuanya rampung adalah menentukan judul. Mengapa hal ini dilakukan terakhir? Karena saat proses menulis, sering kali makna dan suasana puisinya berkembang dari rencana awal.
Kalau kita buru-buru menentukan tajuk di awal, kadang kita malah terjebak dalam sudut pandang tertentu. Hal tersebut juga bisa membuatnya tidak nyambung dengan isi puisi saat final.
Dengan menunggu hingga semua bait selesai, kamu bisa lebih leluasa dalam menentukan judul yang paling mewakili. Ia tak selamanya harus sama dengan tema. Bisa saja temanya penantian, tapi judulnya ‘Pantulan Jendela di Kala Hujan’.
Judul juga tak harus kesimpulan dari isi puisi. Justru, kita bisa membuat pembaca penasaran saat membaca judulnya. Contoh tajuk yang aku gunakan pada puisi tadi, yaitu Frasa: Secangkir Kopi.
Contoh Puisi
Nah, itu dia langkah-langkah membuat puisi yang menarik berdasarkan pengalaman aku pribadi. Saatnya kita lihat hasil final eksekusi puisi kopi tadi.
Frasa: Secangkir Kopi
karya Zaski Zeet
Hidup ini ibarat secangkir kopi
yang diminum pada pagi
Yang pada awal bulan begitu manis
Namun, tanggal tua, terasa pahit mencekik
Saban waktu, aku bertanya pada Ayah,
“Ada apa dengan kopi?”
Ia tertawa sembari mengacungkan cangkirnya
“Nak, dewasa adalah tentang kopi ke kopi.”
Tak ada yang kumengerti tentang frasa secangkir kopi
Hingga, aku tumbuh dewasa
dan dipaksa oleh semesta untuk bekerja:
sebagai pengantar kopi
Tiap-tiap cangkir kopi adalah nyawa
Mulai dari Arabika, hingga Nusantara
Dari pekebunnya, sampai para barista
Semua berperan dalam kehidupan
Pernah satu kali aku terlambat mengantar kopi
Saat tiba, tak kutemukan sang penerima
Yang ada hanya lautan manusia sekarat
Mereka berteriak, “Tolong! Beri aku kopi!”
11 Juli 2025
Biak, Papua
Sekarang, kamu sudah paham kan apa saja langkah-langkah membuat puisi yang menarik? Mulai dari pemilihan tema, hingga menentukan judulnya. Saatnya untuk kamu praktekkan ilmunya! Jangan lupa juga, langkah pertama jadi penulis adalah membaca. Jadi, jangan bosan-bosan membaca, yah!
kalau artikel yang dibuat zaski enak dibaca dan rasanya personal sekali
Terima kasih kak 🙏