Menulis Jurnal Ilmiah Tanpa Pusing! 5 Trik dari Seorang Dosen Hukum
Menulis jurnal ilmiah sering terasa seperti berlayar di laut kabut. Arah terlihat, tetapi ombak keraguan kerap menenggelamkan semangat. Mahasiswa berada dalam posisi unik sebab di satu sisi harus menulis karena tuntutan akademik, di sisi lain ingin menghasilkan karya yang bermakna.
Banyak yang beranggapan bahwa menulis jurnal adalah pekerjaan para akademisi senior, padahal kemampuan itu justru mulai ditempa di bangku kuliah. Pengalaman sebagai dosen hukum sekaligus reviewer Scopus dan Sinta, memperlihatkan betapa banyak naskah mahasiswa sebenarnya potensial, hanya saja belum memahami cara berpikir seperti peneliti.
Masalahnya sederhana, banyak tulisan mahasiswa sangat membosankan untuk dibaca. Sebab mereka tidak mampu untuk menggambarkan apa yang ingin diteliti dan lebih parahnya latar belakang terlalu panjang dan permasalahan hanya diuraikan dalam 1-2 paragraf akhir.
Perlu diingat pendekatan realistis tidak menjanjikan jalan pintas, tetapi memberikan peta yang jelas.
Setiap bagian dirancang agar pembaca memahami bahwa menulis jurnal bukan sekadar mematuhi format, melainkan juga latihan berpikir reflektif dan sistematis. Sebab tidak ada tulisan yang tidak bagus tetapi hanya tulis menarik dan tidak menarik. Layaknya melihat perempuan cantik setiap orang punya preferensi yang berbeda-beda, tetapi yang pasti semua perempuan adalah cantik.
Bagaimana Cara Menulis Jurnal Ilmiah Agar Diterima Reviewer?
Berikut lima trik yang dapat membantu mahasiswa menulis dengan lebih efektif dan berpeluang tinggi diterima oleh reviewer, yaitu:
1. Topik Harus Menyentuh Realitas Akademik Mahasiswa
Tulisan yang kuat lahir dari persoalan yang dekat dengan penulisnya. Mahasiswa hukum kerap memilih tema besar seperti supremasi konstitusi atau penegakan hak asasi manusia global tanpa dasar argumentasi yang jelas
Jurnal ilmiah lebih menghargai kejelian melihat hal sederhana daripada ambisi menjangkau konsep yang belum dikuasai. Menelaah praktik hukum di tingkat lokal, efektivitas perda, atau kebijakan kampus tentang etika akademik bisa menjadi pintu masuk yang konkret. Relevansi adalah magnet utama yang menarik perhatian reviewer.
2. Referensi Adalah Fondasi, Bukan Formalitas
Kualitas argumen ditentukan oleh mutu sumber yang digunakan. Daftar pustaka bukan dekorasi, tetapi struktur penopang keseluruhan tulisan. Artikel yang baik berlandaskan teori mutakhir dan data yang relevan.
Referensi lima tahun terakhir menandakan penulis mengikuti perkembangan penelitian. Mahasiswa wajib menggunakan referensi-referensi terbaru, usahakan dari jurnal-jurnal terakreditasi sinta 3 ke atas atau jurnal-jurnal bereputasi internasional, sebab proses nya pasti sangat teliti dan detail.
3. Struktur Teks Harus Memantulkan Alur Logika
Tulisan ilmiah adalah argumen yang dibangun secara bertahap. Struktur paragraf harus saling berpadu dan runut, walaupun misalnya berganti pembahasan wajib ada paragraf penghubung.
Struktur yang baik membuat pembaca merasa dibimbing, bukan digiring. Pendahuluan menjelaskan konteks, metodologi menampilkan kejelasan, hasil menunjukkan temuan tanpa dramatisasi, dan pembahasan mengembalikan semuanya ke kerangka teori.
Kalimat yang efisien, padat, dan jernih menunjukkan kematangan berpikir. Reviewer lebih menghargai kejelasan argumen daripada keindahan retorika.
4. Keaslian Tulisan Adalah Etika Ilmiah
Setiap penulis bertanggung jawab menjaga integritas akademiknya. Penggunaan kutipan tanpa sumber atau bantuan kecerdasan buatan tanpa pengakuan menyalahi etika penelitian. Pemeriksaan plagiarisme dan deteksi AI bukan sekadar formalitas, melainkan komitmen moral terhadap kejujuran intelektual.
5. Pemilihan Jurnal Adalah Strategi, Bukan Keberuntungan
Publikasi ilmiah menuntut kecermatan membaca karakter jurnal. Setiap jurnal memiliki fokus, metodologi dominan, dan gaya penulisan tersendiri. Mahasiswa perlu meneliti aims and scope (fokus dan cakupan), memeriksa format, serta memahami gaya sitasi yang digunakan.
Mengirim artikel ke jurnal yang tepat memperbesar peluang diterima sekaligus mengajarkan disiplin seleksi akademik. Keberhasilan publikasi bukan hasil keberuntungan, melainkan buah dari perencanaan yang cermat.
Menulis jurnal ilmiah bagi mahasiswa bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan proses membangun identitas ilmuwan muda. Setiap kalimat yang disusun dengan kesadaran metodologis menandai kematangan berpikir.
Reviewer bukan lawan, melainkan mitra yang membantu menajamkan gagasan. Proses revisi adalah bagian dari perjalanan intelektual yang menjadikan kita sebagai pelaku sejarah intelektual. Sebagaimana pernah di katakan Pramoedya Ananta Toer “Menulis adalah Bekerja Untuk Keabadian”.
Penulis
Mohamad Hidayat Muhtar. Saya merupakan dosen di Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo. Berpengalaman sebagai reviewer dan editor jurnal sinta dan scopus. Berfokus pada hukum tata Negara, konstitusi, hukum islam dan hukum publik. Lebih jelas silahkan kunjungi profil saya di https://scholar.google.com/citations?user=3TXu7QIAAAAJ&hl=en.
